“Macet lagi macet lagi, gara-gara si komo lewat”
Lirik lagu diatas sering banget terdengar waktu gw masih SD dan menjadi salah satu lagu anak-anak yang paling famous jaman itu. Faktanya sampai sekarang pun kemacetan makin menjadi-jadi terutama di kota-kota besar indonesia, tapi penyebabnya bukan gara-gara si komo seperti lagu diatas.
Di era sekarang lebih canggih lagi, yang namanya macet ga kenal waktu kerja/sekolah maupaun musim liburan karena dua-duanya sanggup menghasilkan kemacetan yang luar biasa cuma mungkin hanya berbeda dalam hal panjang kemacetanny….ckckckck. Klo kemacetan di tengah kota saat musim bekerja/sekolah penyebabnya adalah makin berjubelnya kendaraan pribadi ditambah suplement yang umumnya dari pemerintah kota yang tidak tegas seperti kerusakan jalan yang tidak lekas ditanggulangi, ketidakmampuan dalam bersikap tegas mengatur pasar-pasar tradisional yang berjualan hingga menghabiskan jalanan, hingga traffic light cepat rusak yang juga membutuhkan waktu yang sangat lama hanya untuk mengganti lampunya yang rusak itu.
Gw tidak mampu membayangkan seandainya kota tempat gw tinggal sekarang bakal macet total beberapa tahun kedepan, bukan tidak mungkin pada saat musim liburan seperti saat mudik lebaran ataupun musim liburan sekolah bakal tambah parah dimana kemacetan sekedar berpindah tempat dari kota ke pinggiran kota maupun ke daerah-daerah yang menjadi jalur transportasi darat darat menuju tempat-tempat wisata.
Tanggal 20 sepetember kemarin kami sekeluarga menempuh perjalanan menuju kota garut, berangkat dari bandung sekitar pukul 9, sebelumnya dengar di radio lokal bahwa terjadi kemacetan parah di daerah cibiru dimana “katanya” kemacetan disebabkan oleh motor-motor yang menyemut hingga menghabiskan jalur dari arah berlawanan. Pikir kami, “ah itu mah cuma macet bentar sambil jalan merayap dikit-dikit”. Di daerah cibiru ini memang merupakan titik temunya kendaraan baik pribadi maupun umum dari dan ke berbagai tujuan. Mulai dari daerah luar bandung yang mencoba masuk ke bandung baik itu menuju arah ujung berung maupun ke arah bypass sukarno-hatta. Lalu yang dari arah ujung berung yang akan menuju keluar bandung maupun akan masuk ke bandung ke arah barat atau selatan bandung via bypass sukarno-hatta. Dan yang terakhir dari arah barat menuju keluar bandung. Ditambah daerah bunderan ciburu ini sering terdapat bis,elf dan angkot yang ngetem menunggu penumpang maka makin lengkaplah daerah ini untuk menjadi sekedar pemicu rentetetan kemacetan panjang dari ketiga jalan yang saling bertemu itu. Bukan itu saja, traffic light yang sering rusak menjadi supplement tambahan kemacetan super. Jarak bandung garut yang umumnya ditempuh 1,5-2 jam perjalanan darat dengan mobil bisa berubah menjadi 3-5jam perjalanan akibat kemacetan di cibiru saja seperti yang gw alamin. berangkat jam 9 sampe garut jam 2 siang. Bahkan saat musim lebaran bisa-bisa sampai cileunyi yang kemudian kemacetan dilanjutkan lagi dari situ hingga nagrek yang terkenal macet dan sering diberitakan itu, dan itupun belum berhenti karena biasanya lanjut hingga ke daerah-daerah berikutnya. Akhirnya gw kudu apes juga terjebak kemacetan setelah sebelumnya gw memilih “menghindar” dengan kabur ke kota surabaya saat lebaran kemarin.
Liat di tv-tv swasta pada saat lebaran, hal yang paling laku dijual adalah berita kemacetan arus mudik dan balik dimana-mana yang menurut gw menjadi sekedar informasi hambar untuk dijadikan orang-orang seperti gw ini untuk mengelus dada sendiri sambil bilang “untung gw ga disitu, kejebak kemacetan berjam-jam” ditambah lagi si pemudik ga punya pilihan lain selain menghadapai kemacetan itu. Pengorbanan yang cukup berat untuk sekedar berkumpul dengan sanak family di kampung halaman. So klo di kota kemacetan mencapai 3-5km, maka saat liburan mudik bisa sampai belasan bahkan puluhan km.
Kembali lagi dalam hal kemacetan tanggal 20 september kemarin yang akhirnya membuat celana jeans terasa lengket akibat keringat. Macet ini terjadi dihari pertama orang-orang mulai kembali bersekolah dan bekerja setelah liburan lebaran. Mungkin saking bersemangatnya untuk berhalal-bihalal dengan kerabat kantor maupun teman sekolah sehingga akhirnya arus mobilisasi itu saling bertemu di cibiru untuk sekedar “dulu mendahului”. Penyiar radio hanya bisa memberikan informasi saja dan menjadi sebatas penyambung lidah masyarakat sekitar yang sudah duduk berjam-jam ditengah kemacetan cibiru seraya tidak mampu melakukan apa-apa mengingat pihak berwajib pun kesulitan mengurai kemacetan “aneh” ini. Merekayasa traffic bukanlah hal yang mudah, namun membangun jalanan di luar kota pun juga bukan hal yang mudah mengingat kudu membelah gunung-gunung, terlebih di daerah seperti jawa barat ini. Membangun jalan ditengah kota pun, kalau terlalu banyak kendala seperti cuaca yang selalu hujan, ujung-ujungnya malah membuat proyek terbengkalai dan ga beres-beres sehingga makin menambah parah kemacetan meskipun ini juga bukan jadi alasan utama, karena banyak faktor lain yang justru bersifat teknis dan terkait resources yang ada. So lebih dibutuhkan solusi yang bersifat radikal lebih dari sekedar menambah jalan yang menurut orang awam seperti gw cepat atau lambat akan penuh sesak juga. Menekan penggunaan kendaraan pribadi dengan meningkatkan pelayanan kendaraan umum mungkin salah satunya, atau mungkin dengan membatasi penjualan kendaraan baru (dealer bisa mencak-mencak 😀 ), atau membatasi usia kendaraan atau apalah yang mungkin pihak-pihak terkait lebih paham.
Gw merasa tenaga orang-orang kota umumnya yang masih berusia produktif habis dijalanan, uang gaji habis untuk transportasi, mungkin klo dihitung penggunaan bahan bakar kendaraan saat terjebak kemacetan akan menunjukkan angka yang sangat besar. Kata pakar transportasi yang gw denger di radio bilang klo kendaraan roda 2 yang umum digunakan masyarakat ini secara perorangan mungkin lebih murah dibadingkan naik kendaraan umum namun jika dilihat secara makro mencakup konsumsi BBM suatu kota maka jumlahnya akan sangat besar jika dibandingkan dengan kendaraan umum, so sekarang pada mau ga orang-orang naik kendaraan umum yang telah tersedia sekarang ini???????????
Tinggalkan komentar